Kamis, 09 Februari 2012

Dongeng tentang Ketidaksengajaan



Alkisah pada jaman dahulu di sebuah kerajaan, tersebutlah seorang raja yang gemar sekali makan. Dia bahkan membentuk tim koki khusus. Sebuah tim yang diharapkan selalu sukses memuaskan selera makannya tiap hari. Tiap hari "tim sukses" ini harus menyediakan makanan yang berbeda bagi sang raja. Sang raja memang paling pantang mencoba hal yang sama. Dia adalah orang yang perfeksionis dan luar biasa gampang bosen. Alhasil tiap hari "tim sukses"nya harus memeras dan memutar (boleh ditambahkan menjilat dan mencelupin) otak  untuk menciptakan makanan yang harus selalu baru, fresh, dan pastinya pating cumokot

      Pada jaman itu, makanan hanya memiliki satu rasa saja yaitu manis. Jadinya tiap hari para koki hanya bisa bereksperimen dengan makanan yang manis-manis. Memang pada waktu itu lagi ngetrend girlband yang selalu dituntut untuk selalu macak yang manis-manis (atau kata tukang jual ginseng: aegyo), sehingga orang-orang tidak bisa membedakan mana macak dengan masak (tapi kalo bedain manak bisa tuh, heran, emang manusia bakat cabul semua), ambiguitas membedakan mana macak dengan masak mungkin juga lahir akibat  jaman itu sudah tumbuh bibit-bibit nenek moyang Alay jadi kalo ngomong s diganti jadi c biar kliatan lebih imut (walau belum tentu cumokot). 

      Namun seperti kata pepatah "sepandai-pandai orang ngeden tokainya pasti habis juga." #entah orang bijak macam mana bikin pepatah seperti itu. Tibalah hari yang paling ditakuti oleh para tukang koki sang raja, hari di mana raja benar-benar bosan pada makanan yang manis-manis. Bisa ditebak, orang yang banyak makan manis-manis bakalan kena diabetes dan tekanan darahnya menjadi tinggi sehingga jadi gampang suka dengan yang tinggi-tinggi seperti emosi tinggi, bicara dengan volume yang tinggi, tinggi hati, tapi sayangnya "derkuku"nya tidak bisa naik tinggi #kan kena diabetes, jadinya ya imp**en, cien...

        Raja akhirnya mengeluarkan ultimatum, barang(nya) siapa yang bisa menciptakan makanan yang lain dari yang lain (kayaknya istilah ini harus dirubah deh, kalo "lain dari yang lain" berarti gak ada perubahan dong, atau bahasa Koreanya: phan ched wae) dalam tempo satu minggu, jika dia cowok akan diangkat jadi menantu (padahal anaknya cowok juga, sekong lekong dong cien...), kalo cewek akan dijadikan selirnya (kok nyimut?!!). Namun jika dalam seminggu para koki tidak bisa menyediakan makanan yang berbeza dan tiaza zuanya, maka seluruh koki beserta keluarga dan kerabatnya akan dibantai habis (wih sadis beudh eea...atut kakagh...). 

      6 hari berselang, namun para koki itu tak kunjung jua menemukan tambatan bumbu yang tepat untuk memuaskan sang raja. Tanpa banyak cincong lagi (karena saya sudah kehabisan kata-kata untuk ngoceh gak jelas), salah satu koki yang termuda (perhatikan teman-teman, ini adalah contoh kata yang tidak efektif namun sering kita temui, kalo mau pake "salah satu" ya gak usah pake "termuda" soalnya sama-sama nunjukin "satu orang", do you understand, bibeh?) sebutlah namanya Bunga (kayak korban perkosaan aja, ehm...diganti Si Fulan aja ya biar kayak di pengajian-pengajian. #yama'aaaaah...hee...oh..yama'ah..). Si Fulan ini yalan-yalan (take a walk / harafiah: mengambil satu langkah, kalo take a chalk jadi "mengambil kapur", kalo take a blok jadinya "gak usah kakean cocot, blok!!!" #lho kok aku dimarahi? #lha kamu crita aja kebanyakan cincong, oke deh kita kembali ke tank top, eh..laptop). Si Fulan ini gundah gulana dan bermuram dursasana (durja, blok!!) karena memikirkan nasibnya dan teman-temannya yang akan dipancung besok jika tidak bisa menemukan rasa makanan yang baru. Tibalah langkahnya di tepian pantai, dia menatap (bukan ketatap) lembayung senja yang mulai merona jingga dengan pandangan galau (kalo jaman itu udah ada hape ato netbook pasti udah update status). Tiba-tiba terbersit di pikirannya untuk mengakhiri hidupnya sendiri karena baginya "ini tubuh, tubuhku sendiri, biarlah aku mati, mati sendiri, ntar kalau meninggal, juga ngubur sendiri.", pantang baginya mati di tangan orang lain. Akhirnya dia mencari cara gimana caranya biar dia bisa mati dengan cepat dan memuaskan. Berbagai cara dicobanya namun selalu gagal, mau gantung diri tapi di pinggir pantai gak ada pohon, mau lompat ke laut tapi di pinggir pantai gak ada tebing, mau menenggelamkan diri tapi air lautnya lagi cekak, mau menyetrum diri tapi jaman itu belum ada listrik, mau nonton "cinta fitri" dari season 1 sampai 6 nonstop tapi belum ada tipi. Akhirnya dia berpikir, satu-satunya jalan yang paling mudah adalah makan racun. Dia pernah membaca hash tag salah satu tabib terkemuka di kampungnya (sebentar...sebentar..katanya tadi listrik belum ditemukan tapi udah ada Twitter ya? Luar biasa.......luar biasa kayal !!!!). Kata sang tabib begini "Udang yang dikonsumsi dengan vitamin C akan menghasilkan racun Arsenic Trioxida yang sangat beracun dan bisa membunuh siapapun yang mengonsumsinya, konon aktivis HAM, Munir, dibunuh dengan cara ini". Pucuk dicinta helm pun tiba, di hadapannya tampak seekor udang menggelepar tanpa daya, tanpa ba bi bu lagi si Fulan langsung menjumput udang itu dan bersiap untuk melalapnya, tapi dia kemudian bingung lalu celingak-celinguk ke mari ke sana mencari vitamin C. Di mana dia bisa menemukan makanan yang mengandung vitamin C di tempat macam itu? Mampukah si Fulan mengakhiri hidupnya dengan cara seperti itu? Nantikan kelanjutannya dengan berpindah ke paragraf berikutnya (karena paragraf yang ini udah kebanyakan kalimat)

        Selamat datang di paragraf berikutnya.... Tanpa banyak cincau lagi, kita lanjutkan ceritanya. Si Fulan masih saja celingak-celinguk mencari di manakah garangan vitamin C bisa ditemukan?

Ini yang namanya Garangan.

         Si Fulan masih bingung di manakah dia harus mencari vitamin C di pantai seperti itu, mau ke Apotik gak ada yang mbangun, mau campur makan jeruk tapi kok masih belum musim, mau njilatin ketiak sendiri biar sama kecutnya tapi ternyata gak ada vitamin C nya. Tatkala si Fulan bingung dan bambang (bimbang, blok!!!), pandangannya terantuk pada seonggok butiran menyerupai balok-balok kristal yang super mini karena hanya menggunakan sistem operasi Android 2.2 Froyo. Saking mininya bulir-bulir kristal itu jadi jika dilihat dari jarak 2 meter saja tampilannya terlihat lebih mirip dengan bubuk. Karena si Fulan adalah seorang analogisme (paham yang suka menyambung-nyambungkan sesuatu hanya berdasarkan dari bentuk fisik atau kemiripan sedikit saja), maka dia menyimpulkan bahwa bubuk-bubuk kristal itu adalah vitamin C karena di rumahnya dia suka menikmati Ener*on-C yang ditumbuk lalu dihisap lewat hidung biar berasa nyabu. Dengan pandangan yang membara si Fulan menjumput segenggam bubuk misterius itu dan mencampurkannya dengan udang yang tadi barusan update status di depannya.

Pandangan si Fulan yang membara

          Begitu dirasa seluruh bubuk sudah bersenyawa dengan penuh totalitas pada tubuh sintal si udang. Si Fulan pun siap-siap melahapnya mentah-mentah. 

Si Udang yang pasrah siap disantap
           Sesaat sebelum sang udang merangsek ke dalam mulut si Fulan, terlebih dahulu si Fulan memanjatkan doa agar bunuh dirinya bisa sukses sesuai dengan visi dan misi yang telah direncanakan sebelumnya (gak pernah makan bangku sekolahan ini anak, masak ada doa buat bunuh diri?! Yang ada itu bunuh diri dulu baru berdo'a, tolol!!). Selesai berdo'a, dengan penuh kekhidmadan dan rasa haru yang luar biasa karena akan meninggalkan surga dunia yang tidak ada bandingannya (jika dibandingkan dengan surga beneran jelas bukan perbandingan) itu. Sambil menghitung dalam hati, dan mulutnya berkomat-kamit melafalkan do'a agar matinya sukses, tangannya mulai men-culek-kan udang itu ke mulutnya sendiri tapi anehnya kok gak masuk-masuk (mana bisa masuk?! wong mulutnya komat-kamit terus?! mangap dulu, dodol!!!!). Akhirnya si Fulan menghentikan komat-kamit yang dia tahu tidak akan berguna kalau niatnya gak jelas gitu dan mulai mengangakan mulutnya lebar-lebar dengan diameter lubang sekitar 40 cm dengan kedalaman 2,5 meter dan mulai memasukkan udang berbubuk misterius itu ke dalam mulutnya. Sesaat begitu udang itu menyentuh lidahnya, tak dinyana dan tak disangka tiba-tiba matanya terbelalak. 

(untuk foto mata terbelalaknya kurang lebih sama dengan yang di atas tapi minus gambar api, males ah dikit-dikit ngupload foto)

          Mata terbelalak si Fulan tercipta bukan karena dia keracunan. Tapi karena si Fulan baru merasakan rasa yang selama ini belum pernah ditemuinya. Rasa yang sangat tajam tapi bukan pahit, bukan manis, juga bukan asam. Rasa yang kalau dipetakan di dalam lidah, letaknya ada di bagian samping depan lidah. Hayo coba tebak rasa apa? Kalo ujung lidah rasanya manis, belakang lidah rasanya pahit, kalo samping belakang lidah rasanya asam, kalau samping depan rasanya as....? as...? Hayo siapa yang tahu? 

Murid 1 : As....as...asu, bu guru!!
Bu Guru: (menampar) PLAKK!!! Kurang ajar kamu misuhi ibu ya? Yang lain?!!
Murid 2: As....as....ass hole, bu guru!!!
Bu Guru: (lagi-lagi) PLAKK!!! Misuhi ibu lagi?!!!
Murid 58: (angkat tangan) Saya tahu!! Saya tahu bu!!!
Bu Guru: Yak!! Bagus sekali murid 58!! Jawabannya benar!!
Murid 1 & 2: ?!!!!!!!!!!!!!! (dalam batin: njawab aja belum, apanya yang benar?!!!!)

            Yak, sepertinya penulis sudah kehabisan ide lagi, intinya adalah: 

  1. Sejak saat itu si Fulan menemukan sesuatu (deh) yang kelak disebut GARAM. Entah kenapa bubuk yang rasanya asin itu dinamakan garam. Tadinya mau dikasih nama GERAM tapi karena artinya sama dengan "marah" ntar dikira nyindir raja yang suka marah-marah. Selain itu juga tadinya mau dikasih nama KARAM tapi karena dikira nyindir raja lagi yang pada waktu mudanya pernah menjalin cinta dengan seorang penyanyi dangdut bersuara serak dan berambut dicat pirang yang katanya niru-niru gaya girlband Korea, namun sayangnya cinta mereka karam karena sang gadis sudah kebanyakan job dan sibuk mencari alamat ke sana ke mari sambil makan mie instan dobel. 
  2. Si Fulan dan koki lain tidak jadi dipancung karena sudah menemukan masakan baru dengan cita rasa asin. Tapi beberapa bulan kemudian akhirnya mereka dipancung juga gara-gara raja ketagihan makan-makanan asin yang bikin tekanan darahnya naik gilak yang bikin raja semangking (bahasa alay tempo dulu dari "semakin") kelonjotan
  3. Sejak saat itu hingga sekarang orang jadi mengenal salah satu bumbu wajib dalam dunia permasakan yaitu gar...gar...? Gardu listrik! Hahahaha garing, ke laut aja lu!! Muke lu jau!!

Diinterpretasikan kembali dari dongeng "Asal Usul Garam" karya No Name (namanya bagus ya?).
Ngayudyakarta, 9 Februari 2012.

Glossarium:


  1. (Macak) Berdandan
  2. (Manak) Melahirkan / membuat anak (buat anak kok coba-coba)
  3. (Pating cumokot) Menarik untuk digigit / seksi / semok
  4. (Kelonjotan) Kejang-kejang, menggelinjang
  5. (Asu) Anjing
  6. (Ass hole) Secara harafiah artinya "lubang bokong", tapi secara fungsional untuk umpatan
  7. (Culek) Menusukkan sesuatu (biasanya ke mata tapi boleh juga ke bagian tubuh yang lain)
  8. (Nyabu) Mengonsumsi sabu-sabu
  9. (Derkuku) Burung dara (bukan mie telor yang iklannya Inul itu lho)
  10. (Kok nyimut) (kurang lebih) "Kok enak?!" atawa "Enak saja!!" atawa "Nenek lu kemping?!!"
  11. (Garangan) Hewan semacam musang dari Jawa yang suka makan ayam penduduk. 
  12. (Ketatap) Kepala terbentur sesuatu (deh). 
  13. (Si Fulan) Istilah dalam pengajian untuk menyebut seorang laki-laki tanpa nama. 
  14. (Cincong) Omong
  15. (Misuhi) Dari kata dasar pisuh yang berarti umpatan, berarti kalau misuhi artinya mengumpati, kalau misuho berarti mengumpatlah, kalau micuo berarti karakter dalam film Meteor Garden yang diperankan Vaness Wu, kalau miduo berarti salah satu merk mie instan yang satu bungkus isinya dua (tapi bukan yang iklannya dibintangi penyanyi dangdut yang terkenal dengan lagu "alamat palsu" dan "sik asik" itu lho).